"Kevin ayo pulang, dicari ibu nak," kata Sutoyo di depan pintu pagar rumah target.
Kevin Ernando, bocah 7 tahun sempat buat geger lantaran bermain
dengan murid Dr Azahari, Arman di ruang tamu rumah persembunyian saat
momentum penyerbuan, Rabu 9 November 2005.
Petugas lantas meminta bantuan Kepala Keamanan Perumahan Flamboyan,
Sutoyo, untuk menjemput Kevin. Setelah dirayu, akhirnya dia keluar.
Tim serbu sendiri mulai beraksi usai kegaduhan yang terjadi pukul
04.00 WIB. Cholily yang merupakan murid Dr Azahari terdeteksi
meninggalkan rumah tersebut dengan membawa tiga ransel ukuran jumbo,
yang diduga berisi bahan peledak dan senjata api.
Terlebih, polisi preman gagal membuntuti Cholily yang menghilang di
antara kerumunan orang. Meski begitu, petugas berhasil meringkusnya di
Demak dengan memanfaatkan pemantauan lewat sinyal ponsel.
Penangkapan Cholily memantapkan niat tim melakukan penyerbuan.
Evakuasi warga sekitar pun dilakukan, termasuk Kevin yang digandeng
Sutoyo menuju rumah lain sejauh 200 meter dari target.
Di tengah evakuasi, kaki Brigadir Yamin, personel tim intelijen
ditembus timah panas yang datang dari rumah sasaran. Rentetan suara
tembakan pun terdengar. Kadensus Bekto yang melihat situasi kritis
langsung mengontak Posko Taktis, tempat prajurit CRT berkumpul.
"Segera lakukan penyergapan," perintah Bekto kepada CRT.
Personel CRT yang mengepung hunian Dr Azahari disambut ledakan
sejumlah bom rakitan yang dilempar dari dalam rumah. Perlawanan Dr
Azahari dan Arman terbilang sengit.
"Azhari keluar, menyerahlah. kamu sudah terkepung," teriak Iptu Bram.
"Saya mau keluar, jangan tembak," kata Azhari.
Dr Azahari mulai terlihat di dekat pintu. Hanya saja, kejanggalan
terlihat di bagian tubuhnya yang dibalut rompi. Dadanya menggelembung
diyakini petugas berisikan bom.
"Kamu berhenti di situ, lepaskan baju kamu dan lekas angkat tangan," teriak Iptu Bram.
Di luar harapan, Dr Azahari nyatanya menolak menyerah dan malah mengacungkan senjata ke arah Brigadir Fran seraya mengancam.
"Hai Polis, kalau berani, masuk sini," katanya.
Iptu Bram kemudian memerintahkan Brigadir Fran yang berada tepat
lurus di pintu rumah untuk menembak Dr Azahari, yang kembali masuk
ke rumah sambil mengarahkan senjata ke petugas.
Dor..!!!
Dr Azahari roboh. Arman yang kalut melihat kondisi gurunya langsung
meledakkan bom rompi yang dikenakan dan ikut meninggalkan dunia.
Tercatat, Azahari bin Husin tewas tepat pukul 15.45 WIB, Rabu 9 November
2005 sore.